Rabu, 23 Juli 2008

Kebiasaan Mencontek akibat Kurang Membac

Kebiasaan mencontek dan menjiplak karya orang lain menunjukkan masih rendahnya kesadaran membaca. Hal itu tidak terlepas dari kurangnya ketersediaan buku bacaan. Sebagian besar penerbit belum berani mengambil risiko menerbitkan karya ilmiah dan lebih senang menerbitkan buku pelajaran.

Pembantu Rektor I Universitas Airlangga (Unair) Fasich menuturkan, penulisan karya ilmiah di Indonesia dalam kondisi memprihatinkan. Karya ilmiah kerap dibuat dengan jalan mengutip suatu sumber namun tidak menyebutkan sumber tersebut. "Tidak jarang pengutipan itu juga salah," ujarnya di sela-sela Pameran Buku Bersama di Perpustakaan Kampus B Unair Surabaya, Rabu (17/5).

Lebih lanjut Fasich menyatakan, menulis belum menjadi budaya di kalangan akademisi. Padahal, hal itu penting sebagai sarana penyampaian gagasan dan bukti kerja ilmiah.

Pencontekan atau penjiplakan bisa dihindari bila penulis terbiasa membaca. Dengan membaca, penulis akan punya wawasan luas sehingga bisa memformulasikan pemikiran sendiri dan tidak perlu mencontek. "Penulis akan tahu cara mengutip yang baik kalau pernah membaca cara menulis karya ilmiah," katanya menjelaskan.

Kepala Perpusatakaan Unair Pujiono menuturkan, saat ini akses publik terhadap buku masih rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan peran aktif perpustakaan agar publik lebih mudah mengakses buku. "Mengunjungi perpustakaan memang belum menjadi budaya masyarakat. Seharusnya perpustakaan kampus menjadi pusat kegiatan sivitas akademikanya," ujarnya.

Peran perpustakaan tidak dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung kesediaan kalangan penerbit mencetak bacaan yang bervariasi. Masalahnya, selama ini jarang ada penerbit berani menerbitkan bacaan beragam.

Sebagian besar penerbit lebih suka menerbitkan buku pelajaran karena pasarnya jelas. Pada buku jenis lain, konsumennya amat rendah sehingga keuntungan sulit diraih. Airlangga University Press, Andi, Bumi Aksara, Erlangga, Ghalia Indonesia, Kanisius, Prenada Media, Remaja Rosdakarya, TB Fenross, dan penerbit Salemba Empat yang mengikuti pameran di Unair dari 17 Mei hingga 2 Juni menunjukkan hal itu. Sebagian besar buku yang dipamerkan merupakan buku pelajaran dan penunjang pelajaran, misalnya buku kumpulan teori.

Menurut Pujiono, selain pameran, akan diselenggarakan lokakarya penulisan dan pengenalan editorial pada Senin (22/5). Lokakarya itu diharapkan bisa memacu semangat dosen dan mahasiswa untuk menulis.

Tidak ada komentar: